Jackson Irvine Jadi Sorotan di Indonesia Usai Laga Piala Asia 2024: Antara Selebrasi Kontroversial dan Kisah Inspiratif
Nama Jackson Irvine, gelandang andalan tim nasional Australia, tengah hangat diperbincangkan publik Indonesia. Ia menjadi perbincangan luas usai tampil impresif dalam pertandingan babak penyisihan Grup B Piala Asia 2024 melawan timnas Indonesia yang berlangsung pada 28 Januari 2024. Dalam laga tersebut, pemain yang kini memperkuat klub Jerman, FC St. Pauli, berhasil mencetak gol spektakuler yang tak hanya menentukan kemenangan Australia, tetapi juga menjadi momen ikonik yang viral di berbagai media sosial.
Salah satu media olahraga terkemuka, Bola.net, melaporkan bahwa gol yang dicetak Irvine tercipta dengan sangat ciamik. Menerima umpan di luar kotak penalti, pemain berusia 30 tahun ini melesakkan bola dengan tendangan kaki kanan ke sudut gawang Indonesia yang sulit dijangkau kiper. Gol ini tidak hanya menunjukkan kemampuan teknik tinggi, tapi juga menegaskan peran krusial Irvine sebagai motor lini tengah Socceroos, julukan timnas Australia.
Usai mencetak gol tersebut, nama Jackson Irvine langsung merajai linimasa media sosial di Indonesia. Tagar #JacksonIrvine bahkan sempat menjadi trending topic di Twitter Indonesia selama lebih dari 12 jam. Warganet membicarakan berbagai aspek dari penampilannya, mulai dari gaya bermain, selebrasi, hingga latar belakang pribadinya yang ternyata menyimpan kisah menarik.
Namun, popularitas Jackson Irvine di Indonesia bukan tanpa kontroversi. Selebrasi yang ia lakukan usai mencetak gol memicu reaksi beragam. Dalam video yang tersebar luas di platform TikTok—dengan jumlah unggahan ulang mencapai lebih dari 500 ribu kali—terlihat Irvine melakukan gestur yang dinilai provokatif di depan tribun suporter Indonesia. Aksi tersebut menimbulkan reaksi negatif dari sebagian pendukung tanah air yang menganggap selebrasi itu tidak menghormati tuan rumah.
Meski demikian, tidak sedikit pula yang membela sang pemain. Beberapa warganet dan pengamat sepak bola berpendapat bahwa selebrasi tersebut masih berada dalam batas wajar emosi pertandingan. Bahkan, sebagian besar penggemar justru memuji keterampilan teknis Irvine setelah cuplikan aksinya menggiring bola dan melakukan dribel ciamik beredar luas di Instagram Reels. Kecepatan, kekuatan fisik, dan visi bermainnya dinilai sebagai kombinasi yang jarang dimiliki pemain tengah saat ini.
Pelatih timnas Indonesia, Shin Tae-yong, bahkan memberikan pujian tersendiri untuk Jackson Irvine dalam sebuah wawancara dengan Kompas TV. “Dia pemain berkualitas dengan fisik yang tangguh. Permainannya sangat efektif dan berpengaruh di lini tengah,” ujar pelatih asal Korea Selatan tersebut. Komentar ini tentu menunjukkan pengakuan terhadap kualitas individu Irvine, meski di sisi lain, hasil pertandingan tersebut menjadi momen pahit bagi Indonesia.
Di luar lapangan, Jackson Irvine ternyata memiliki sisi lain yang tak kalah menarik. Ia dikenal sebagai pribadi yang cerdas dan aktif dalam berbagai kegiatan sosial. Selain pernah bermain di beberapa klub ternama seperti Celtic FC di Skotlandia dan Hull City di Inggris, Irvine juga memiliki latar belakang akademik yang jarang dimiliki pemain sepak bola profesional. Ia pernah menempuh pendidikan tinggi di bidang sejarah, yang menjadikannya sosok yang berpikir kritis dan memiliki kepedulian sosial tinggi.
Tak hanya itu, Irvine juga dikenal vokal dalam menyuarakan isu-isu kemanusiaan. Melalui akun Twitter pribadinya, ia aktif mengkampanyekan gerakan anti-rasisme dan menyuarakan solidaritas terhadap kelompok-kelompok yang mengalami diskriminasi. Aktivitas sosialnya ini membuatnya dihormati oleh banyak pihak, baik di dalam maupun di luar dunia olahraga.
Beberapa netizen Indonesia yang semula kecewa karena selebrasinya, mulai berubah pandangan setelah mengetahui lebih dalam sisi personal dan nilai-nilai yang dibawa oleh Jackson Irvine. Banyak yang kemudian mengapresiasi bahwa ia bukan hanya pesepak bola bertalenta, tetapi juga individu dengan kesadaran sosial yang tinggi.
Fenomena ini menjadi bukti bahwa dalam era digital, persepsi terhadap seorang atlet tidak hanya dibentuk dari performa di lapangan, tetapi juga dari sikap dan nilai-nilai yang ia tunjukkan di luar pertandingan. Apa yang viral hari ini, bisa berubah makna ketika publik mulai mengenal lebih dalam sosok di baliknya.
Menutup polemik ini, para penggemar sepak bola Indonesia diharapkan dapat melihat kasus ini sebagai pembelajaran. Sepak bola bukan hanya soal rivalitas di lapangan, tetapi juga tentang menghormati lawan, memahami konteks, dan bersikap dewasa dalam menghadapi perbedaan. Begitu pula dengan para pemain, termasuk Jackson Irvine, yang semestinya memahami bahwa setiap gestur di lapangan bisa berdampak besar, terutama saat bermain di depan publik yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap nasionalisme dan harga diri bangsa.
Sebagai penutup, kisah Jackson Irvine di Piala Asia 2024 merupakan potret lengkap seorang atlet modern: berbakat, berani, kontroversial, namun juga inspiratif. Ia menunjukkan bahwa seorang pemain bisa menjadi lebih dari sekadar bintang lapangan—ia juga bisa menjadi simbol perubahan dan refleksi nilai-nilai kemanusiaan di era globalisasi.